Memilih Pemimpin Dan Alasan Yang Lebih Buruk Dari Kesalahan | Kisah Motivasi Islam

Pojok Islam - Memilih pemimpin adalah sebuah keharusan. jangankan masyarakat umum dalam pandangan Nabi Muhammad SAW, bahkan 3 orang sekalipun walau dalam perjalanan dianjurkan untuk memilih salah seorang diantaranya sebagai pemimpin.

Ada sebuah kisah yang menimpa Abu Nawas, dimana kisah ini diceritakan oleh Ibnu Abdur Rabbih dalam kitab al-'Iqdul Faridh.
Suatu hari saat pagi buta, Abu Nawas bertemu dengan seseorang. Rupanya Abu Nawas ingin bergurau dan bercanda dengan orang itu, lalu dipegang dan dirabalah anggota tubuh orang itu.
Namun, alangah terkejutnya Abu Nawas, karena orang tersebut menghardiknya dengan suara yang keras.
Sadarlah Abu Nawas bahwa orang itu adalah Sang Khalifah Harun Al-Rasyid.
Dengan suara terbata-bata ia menjawab,"Ampun paduka, saya kira yang saya pegang adalah sang permaisuri!"
Tentu jawaban ini menambah amarah sang khalifah karena jawaban yang didengarnya ini jauh lebih buruk dari kesalahan yang diperbuat Abu Nawas.

Mari kita bandingkan dengan konteks kekinian..!
OTT (Operasi tangkap Tangan) berantas pungli yang gencar dijalankan oleh pemerintah telah berhasil menangkap banyak oknum, mulai dari pejabat rendahan sampai kelas atas.
Lalu jadi aneh dan menggelikan kemudian jika ada komentar rekannya bernada pembelaan,"Wajar saja karena gaji mereka minim."
Atau,"Ah biasa saja, karena itu sebagai imbalan atas jerih payah mereka melayani rakyat!"
Atau kisah kecil saat menjelang pemilu misalnya, ada alasan yang lebih buruk dari kesalahan yang sering kita dengar,"Jangan coblos atau pilih semua partai karena semua tidak mewakili aspirasi rakyat!"

Alasan ini tentu lebih buruk daripada keengganan memilih, karena menjadikan seluruh putra putri bangsa yang dicalonkan adalah buruk. Apa bangsa kita sudah sedemikian buruk, sehingga tidak ada satupun yang pantas untuk dipilih..?



Kegamangan dan keragu-raguan kita dalam memilih pemimpin tidak akan terjadi jika kita menelaah betul syarat menjadi pemimpin sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an.

"Berkata salah seorang diantara keduanya (yakni putri nabi Suaib),"Wahai ayahku, jadikanlah dia sebagai pekerja, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau tugaskan adalah yang kuat lagi terpercaya." (QS.al_Qashash ayat 26)

Syarat yang sama juga diterangkan Allah dalam surat Yusuf ayat 54.

Kuat dan terpercaya..?
Memang tidak mudah terhimpun dalam diri seseorang kedua sifat itu (kuat dan terpercaya) secara sempurna. tetapi kalaupun kita harus memilih, maka ada anjuran untuk memilih yang paling sedikit kekurangannya dan melakukan pilihan setelah upaya yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan yang terbaik. 

Upaya memilih yang terbaik kita usahakan agar dikemudian hari tidak ada lagi alasan atau jawaban seperti jawaban Abu Nawas yang jenaka seperti kisah di awal tadi.

Terakhir, ingatlah sabda Rasulullah SAW,"Siapa yang mengangkat seorang pemimpin untuk suatu urusan yang berkaitan dengan urusan masyrakat, sedang dia tahu ada yang lebih tepat, maka sesungguhnya ia telah berkhianat kepada Allah, Rasu-Nya dan umat Muslim."