Cerita Motivasi Islam : DIAM ITU EMAS, BICARA ITU PERAK

Pojok Islam - Ada sebuah peribahasa yang sering kita dengar yakni "Diam itu emas."
Di Maroko bahkan peribahasa itu lebih panjang lagi, "Diam itu emas dan bicara itu perak."
Tanpa menelusuri darimana asal muasal peribahasa itu, yang jelas makna dan arahnya sejalan dengan tuntunan agama.
Banyak petunjuk Al-Quran dan hadits Nabi SAW yang mendorong kita untuk selalu menimbang-nimbang apa yang akan kita ucapkan, salah satunya Firman Allah SWT dalam surat Qoof ayat 18 yang artinya: "Tidak ada suatu ucapan yang diucapkan  seseotang melainkan ada di dekat (pengucap)-nya (malaikat) pengawas yang selalu hadir (mencatat ucapan-ucapan) tersebut."



Ayat di atas seharusnya membawa seseorang untuk selalu berhati-hati, memikirkan dan merenungkan apa yang akan diucapkannya.
Sebab ada sementara orang yang memiliki "nafsu" berbicara melebihi nafsu dan selera makannya.
Ia seakan mengetahui segala sesuatu atau seakan-akan hidupnya hanya digunakan untuk berbicara.
Padahal didalam agama, jangankan berbicara untuk menyatakan pendapat, bahkan berbicara dalam bentuk bertanya sekalipun diingatkan untuk berhati-hati.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, maka hal itu akan menyusahkanmu." (QS. Al-Maidah : 101)

Terkadang suatu pembicaraan atau pertanyaan sepintas terlihat sebagai berkaitan dengan agama, padahal sebenarnya agama tidak merestuinya.
Misalnya pertanyaan seseorang,"Apakah anda berpuasa?"
Jika kita jawab "iya" maka jawaban ini bisa menimbulkan riya' dan pamrih.
Jika kita jawab "tidak" padahal kita sedang berpuasa, maka kita telah berbohong.
Bila kita diam tidak menjawab, maka kita bisa dicap sombong dan angkuh.
Bila kita jawab secara diplomatis, maka paling tidak kita butuh memeras keringat untuk merangkai jawaban yang tersusun dengan redaksi indah.

Keempat alternatif di atas tidak direstui oleh agama. Demikian lebih kurang yang disampaikan dan ditulis oleh Imam Ghazali.

Sifat umum dan dasar dari redaksi Al-Qur'an adalah singkat dan padat. Begitu juga khotbah dan sabda-sabda nabi SAW.
"Salah satu tanda kedalaman ilmu seseorang adalah mempersingkat khutbah (jumat)," demikian sabda Nabi SAW.

Agaknya cukup banyak materi pembicaraan kita maupun uraian-uraian keagamaan yang sewajarnya tidak perlu disampaikan sebagaimana tidak sedikit pembicaraan dan pertanyaan yang sewajarnya tidak perlu diajukan.

Ketika Neil Amstrong menginjakkan kaki di bulan, ada yang bertanya,"Bagaimana cara umat Islam melaksanakan sholat di bulan?"
Maka jawaban yang paling tepat ketika itu adalah,"Masalah ini akan kita bahas jika pada saatnya nanti ada astronot Muslim yang sudah mendarat di sana."
Jawaban ini lebih baik ketimbang jawaban bernada emosi dan jawaban dengan maklsud memukul balik kepada sang penanya.
Disinilah antara lain berlaku ungkapan,"Diam itu emas dan bicara itu perak."