IMAN 24 KARAT | Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW

Pojok Islam - Yakin adalah iman secara keseluruhan atau iman 24 karat (jika mengambil takaran kadar emas terbaik).
Buah dari yakin adalah perasaan tenteram dalam hati dan kepercayaan yang penuh pada jaminan Allah SWT.
Seseorang yang memilki kemantapan iman dalam hatinya, maka ia akan selalu merasa damai dan yakin dengan janji-janji Allah. Tiada perasaan khawatir sedikitpun dalam hatinya karena ia tahu Allah lebih tepat janji dari selain-Nya.

Kisah teladan Nabi Muhammad SAW berikut ini bisa jadi satu cerita inspiratif bagi kita selaku umat Islam yang mengaku mengidolakan beliau:

Suatu hari Rasululllah SAW sedang bercengkerama bersama dengan Ibunda Aisyah. Ibunda Aisyah adalah istri beliau yang paling muda. Parasnya cantik menawan dan dijuluki "humaira" (yang pipinya kemerah-merahan).
Putri Abu Bakar as-Shiddiq ini berusia 18 tahun saat Rasulullah SAW mangkat.

Ditengah kemesraan bersama istrinya itu, terdengarlah suara adzan. Rasulullah SAW langsung berdiri dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk memimpin sholat. Beliau bergegas meninggalkan Ibunda Aisyah, seolah tidak mengenalnya, dan begitu pula sebalikknya.
Mereka berdua menyongsong sesuatu yang jauh lebih indah dan nikmat yakni menghadap dan bercengkrama dengan Allah SWT.



Begitulah keadaan manusia yang yang imannya telah mencapai 24 karat.
Mereka akan lebih asyik sholat, berdzikir, membaca Al-Qur'an daripada melakukan hal-hal lain yang tidak bernilai ibadah.

Perumpamaan dua orang murid, Murid pertama sering diberi ujian. Ia tak boleh keluar dan diwajibkan mengikuti seluruh pelajaran. Sedang murid kedua tak pernah diberi ujian. Bahkan dibiarkan saja keluar dengan leluasa oleh gurunya.
Murid manakah kira-kira yang lebih dicintai oleh gurunya?
Tentu murid pertamalah yang lebih dicintai, karena dengan kerap memberikan ujian, sang guru berharap ia kelak akan sukses dan berhasil.

Begitu pula ungkapan "perasaan" Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Bila Dia mencintai seorang hamba, Dia akan memberikan ujian-ujian kepada-Nya. Dia akan memberikan kesibukan-kesibukan ibadah seperti dakwah, sholat, berdzikir serta yang lainnya agar sang hamba tetap dekat dengan-Nya dan agar perhatian hamba tidak teralihkan selain dari-Nya.

Dan bila Allah membenci seorang hamba, Dia akan menelantarkannya dalam syahwat dunia. Dia memanjakannya dengan dunia beserta segenap tipu dayanya agar kelak sang hamba merasakan balasan dan siksa-Nya.

Ibarat pohon, yakin adalah akar.  Pohon itu kemudian tumbuh dan bercabang-cabang menjadi budi pekerti dan amal-amal shalih. Dalam kehidupannya, pohon sepenuhnya bergantung kepada akar. Bila akar rusak, maka tak lama lagi cabang-cabang akan mengering dan mati. Demikianlah keberadaan yakin dalam hati manusia.

Dalam sebuah hadits Nabi SAW, beliau bersabda :

"Yakin adalah iman secara keseluruhan."

Sudah kita maklumi bersama bahwa emas ada yang murni, ada yang campuran bahkan ada yang imitasi.
Emas murni berkadar seratus persen tentu lebih disukai dan lebih menarik hati ketimbang emas campuran maupun emas imitasi.
Begitu pula dengan keimanan, ada yang murni, ada yang bercampur keraguan bahkan ada iman yang palsu alias munafik.
Mengapa kita tidak berusaha memiliki iman 24 karat seperti halnya keinginan kita memiliki emas murni..???