Pojok Islam - Berikut ini ada 2 kisah teladan Nabi Muhammad SAW untuk kita renungkan bersama :
Dalam sebuah riwayat hadits nabi diceritakan, satu hari saat para sahabat Rasulullah berkumpul usai sholat maghrib, tiba-tiba tercium aroma tidak sedap.
Para sahabat meyakini bau tersebut bersumber dari salah satu dari mereka yang "buang angin". Sebagian besar tidak tahan dengan aroma baunya, hingga salah seorang dari sahabat berdiri dan berkata,"Barang siapa yang "buang angin" silakan berdiri!'
Namun tak ada satupun dari mereka yang berdiri hingga suasana menjadi hening.
Saat masuk waktu sholat isyak, salah satu sahabat berkata,"Yang wudhu' setelah ini, berarti dia yang "buang angin"
Kali ini tak satu pun juga yang berdiri untuk berwudhu'.
Setelah sahabat Bilal bin Rabah menyelesaikan adzannya, Rasulullah berdiri dan berkata,"Tunggu, saya belum batal tapi saya akan berwudhu'!"
Semua sahabat akhirnya ikut berwudhu' dan tidak diketahui siapa "pembuang angin" sesungguhnya.
Dalam kisah lain diceritakan bahwa satu ketika Rasulullah SAW dan para sahabat menghadiri undangan salah satu sahabat dan menikmati hidangan daging unta yang lezat.
Tiba-tiba salah seorang sahabat "membuang angin" hingga aroma tidak sedap menyeruak. Hadirin semua penasaran.
Tiba-tiba salah seorang sahabat "membuang angin" hingga aroma tidak sedap menyeruak. Hadirin semua penasaran.
Memasuki waktu Maghrib, Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa makan daging unta, berwudhu'-lah!"
Semua sahabat akhirnya berwudhu' dan teka-teki tentang siapa "pembuang angin" tetap tidak diketahui. Aib pelaku tersimpan dan sahabat terhindar dari saling tuduh menuduh dan perpecahan sebab "angin"
Pelajaran dan Hikmah
Rasa malu saat aib diketahui orang adalah karakter setiap orang, dan setiap orang pasti memiliki aib. Oleh karenanya membuka aib orang lain merupakan larangan besar dalam agama.
Rasulullah SAW bersabda,"Setiap Muslim atas muslim lainnya terjaga darah, harga diri dan hartanya." (HR. Imam Muslim)
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW merupakan langkah bijak dan contoh teladan tentang bagaimana seseorang mestinya harus menyimpan aib orang lain. Langkah bijak semacam ini penting dilakukan agar kerukunan dan kenyamanan bersahabat dan bertetangga terjaga dengan baik dan harmonis.
Langkah bijak menyimpan aib orang lain paling tidak termotivasi oleh dua hal yakni kepekaan hati atas perasaan orang sekitar, dan perasaan diri sendiri jika hal itu menimpa kita.
Yang tidak peka terhadap perasaan orang lain biasanya tidak peduli apakah orang lain sakit hati atau tidak. Demikian pula mereka yang tidak peka pada perasaan sendiri, jika itu terjadi pada dirinya cenderung akan berbuat sembrono serta mau menang sendiri dengan menyakiti orng lain.
Kepekaan pada diri sendiri memiliki keampuhan psikologi yang kuat terhadap perasaan orang lain. Sebab sebersih apapun, sekaya apapun dan setinggi apapun jabatan seseorang pasti memiliki aib. Entah itu kekurangan fisik, sifat yang buruk maupun dosa masa lalu yang jika dibongkar akan membuatnya malu tiada kepalang.
Oleh karena itulah, terdapat banyak sentuhan nasehat hadits Rasulullah terkait aib saudara adalah dengan terbongkarnya aib diri sendiri.
Allah akan membongkar aib seseorang jika ia membongkar aib orang lain. Allah juga menjamin akan menutup aibnya jika ia menutup aib orang lain.
Allah akan membongkar aib seseorang jika ia membongkar aib orang lain. Allah juga menjamin akan menutup aibnya jika ia menutup aib orang lain.
Islam sangat menjunjung tinggi harga diri seseorang. Kita kadang lupa dan dengan begitu mudahnya membicarakan dan membongkar kejelekan orang lain. Sementara disaat yang sama kita lupa pada aib dan kejelekan diri sendiri.
Semoga kisah teladan Nabi Muhammad SAW tadi bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu belajar menutup aib orang lain.