Pojok Islam - Tanpa terasa 1437 Hijriah berakhir dan kita masuk ke tahun 1438. Satu fenomena yang kontradiktif terjadi hampir di seluruh wilayah Nusantara. Negeri dengan penduduk Islam terbesar saat ini di dunia.
Jika pergantian tahun Masehi dilalui dengan kemeriahan dan penuh sukacita, pesta pora bahkan dengan acara yang cenderung mengundang murka-Nya.
Sebaliknya pergantian tahun baru hijriah seolah sepi dan hampir tak ada kabar beritanya.
Dan mirisnya, terkadang banyak kita yang lupa bahwa hari ini tahun lama telah ditutup lalu berganti angka tahun berikutnya. Seolah banyak yang amnesia, bahwa hampir 14,5 abad yang lalu Rasulullah SAW. demi menegakkan agama dan demi keselamatan umatnya, rela berhijrah dan berkelana meninggalkan kampung halaman tercinta.
Jika demikian yang terjadi, bagaimana pula kita akan bisa menghargai waktu yang tersisa dari umur kita ?
Ketahuilah, bahwa konsep waktu dalam Islam sudah cukup jelas. Manusia yang untung dan rugi bisa diihat dari kepintarannya memanfaatkan waktu.
Bahkan Allah SWT telah bersumpah atas nama waktu, yang bisa kita baca dan renungkan maknanya dalam surat Al-'Ashr ayat 1-3 :
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”
Surat ini selalu dibacakan dalam setiap mujalasah (pertemuan) para sahabat Nabi SAW.
Imam at-Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh. Beliau berkata,"Jika dua sahabat Rasulullah bertemu maka keduanya tidak akan berpisah sebelum salah satu dari keduanya membaca surat al-Ashr sampai selesai kemudian mereka memberi salam."
Imam Syafi'i juga pernah berkata,"Meskipun surat al-'Ashr pendek, tapi di dalamnya menghimpun hampir seluruh isi Al-Qur'an. Kalau Al-Qur'an tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun hanya surat al-Ashr ini, maka itu sudah cukup jadi pedoman bagi umat manusia."
Artinya, Allah begitu menekankan tentang pentingnya memanfaatkan waktu. Dengan pemanfaatan waktu yang efektif, maka kualitas hidup pun akan efektif. Jika waktu digunakan untuk berbuat kebajikan, maka itulah jalan meraih keuntungan. Sebaliknya jika waktu banyak tersia-siakan dan terpakai berbuat keburukan, itulah pintu kebangkrutan, kerugian dan kecelakaan.
Konsep waktu dalam Islam tidaklah semudah seperti yang dikatakan seorang Filsuf Inggris bernama Bertrand Russel , dimana ia berkata,"The time you enjoy wasting time is not wasted time (Waktu luang yang kau nikmati bukanlah waktu yang sia-sia)."
Al-Qur'an dan Hadits Nabi mengajarkan pada kita nilai waktu akan berhubungan langsung dengan manfaat yang dihasilkan di dalamnya. Optimalisasi waktu ini dapat kita laksanakan dengan konsep manajemen waktu dan fastabiqul khairaat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
Kesimpulannya adalah pantas jika surat al-'Ashr dikatakan mampu mewakili surat-surat lain dalam Al-Qur'an. Hal ini karena ia mencakup seluruh perintah keimanan dan beramal shalih untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Dengan dua sifat pertama (iman dan amal shalih), seseorang telah menyempurnakan diri sendiri. Sedang dengan dua sifat kedua (saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran), seseorang telah menyempurnakan orang lain.
Karenanya, tidak ada istilah terlambat untuk memulai diri dalam menghargai waktu yang tersisa. Memang, menjadi seseorang yang mampu memaksimakan waktu dengan baik tidaklah mudah. Tapi paling tidak, kita bisa memulai dari hal-hal yang kecil.
Semoga cerita motivasi ini bisa menginspirasi kita semua menjadi manusia yang lebih baik dengan menghargai waktu yang tersisa di usia kita. Aamiin.
Semoga cerita motivasi ini bisa menginspirasi kita semua menjadi manusia yang lebih baik dengan menghargai waktu yang tersisa di usia kita. Aamiin.