Pojok Islam - Cinta memang indah dan selalu menarik diperbincangkan. Tak bakal habis jika dibedah dengan berbagai dimensinya. Tak lekang oleh panas dan tak lapuk dimakan masa. Cinta tak bisa dibuat-buat, tak bisa dipaksa-paksa dan tak bisa dihilangkan dari kisah manusia. Kadang pula cinta melahirkan kisah duka nestapa.
Konon, Qais jadi gila karena cintanya pada Laila, Sayyidah Aisyah pernah cemburu pada Rasulullah. Lalu bagaimana dengan kita ?
Jangan khawatir sobat muda. Jangan dibuat pusing karena cinta. Cukup dirasakan lalu syukuri.
Berikut tips bagi kalian yang sedang terpanah asmara, agar tak terjerumus jauh dalam jurang dosa.
Check dan recheck.
Seperti acara infotaiment ya..?
Ya, artinya jangan cepat menyimpulkan tentang "getaran" dan "rasa" yang ada dalam hatimu.
Sebab, bisa saja nafsu-lah yang meng-klaim dirinya sebagai cinta sejati. Kemudian ia menjerumuskan dan menipumu. Padahal cinta dan nafsu adalah 2 hal yang amat bertolak belakang.
Nafsu cenderung terburu-buru dan memburu, sedang cinta cenderung pada kehati-hatian, kalem dan bersabar. Terburu-buru dalam memburu cinta akan melahirkan sikap ambisi dan kepentingan yang disisipkan, lalu setelah keinginan tercapai maka sedikit demi sedikit rasa dan greget cinta palsu itu akan memudar dan sirna.
Hal ini yang banyak terjadi pada remaja kita yang sedang terpanah asmara. Nafsu dikira cinta, modus dikira tulus.
Modus, sekali lagi modus! Cinta butuh pengorbanan, bukan mencari korban. Dan cinta memikirkan kebaikan dan bukan untuk mencari kepuasan. Cintaitu ibadah, bukan maksiat. Cinta tak hanya dalam lingkup dunia, namun dimensinya jauh menembus akhirat kelak.
Pendam Perasaan Anda.
Jika tidak ada maslahat dan tidak ada kehendak untuk nikah, maka alangkah baiknya jangan diungkapkan perasaan cinta dalam hatimu, meski itu sunnah diungkapkan. Sebab dengan menyimpan rasa cintamu akan meminimalisir bahkan menghambat hal-hal negatif yang terjadi di belakang hari.
Ingat, satu ungkapan cinta kemungkinan akan menyebabkan seribu kejelekan nantinya.
Jika perasaan cinta dipendam (kitmaan), bisa saja ia mendapat predikat syahid jika kemudian mati sebab jeratan cinta. Tentu saja dengan syarat ia mampu menjaga diri dari maksiat (iffah), yakni seandainya dalam kondisi sedang berdua, ia mampu menjaga diri dan tidak terjebak kemaksiatan.
Sterilkan dan maksimalkan.
Ada sebuah kisah inspiratif tentang cinta yang steril dan maksimal.
Diceritakan oleh Al-Mubarrid bahwa di Kuffah ada seorang pemuda ahli ibadah dan mujahadah. Satu hari pemuda itu berkunjung ke sebuah desa dan bertemu pandang dengan seorang gadis yang cantik jelita. Pemuda itu langsung jatuh cinta dan seperti gila serta kehilangan akal sehatnya. Demikian pula si gadis, rasa simpati dan iba melahirka rasa cinta pula dalam hatinya.
Rasa cinta yang tak terbendung membuat pemuda itu nekad memberanikan diri melamar gadis itu.
Malang, ayah si gadis menolak pinangannya karena telah memilki calon lain. Tentu penolakan itu membuat dua hati yang sedang terpanah asmara itu remuk redam.
Akhirnya, si gadis juga nekad. Satu hari ia mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan kepada pemuda itu. Isi pesannya,"Aku dengar engkau mencintaiku, demikian juga aku. Datanglah sekarang atau aku yang datang menemuimu!"
Pemuda itu membalas dengan pesan,"Tidak ada satupun pilihan yang aku pilih. Aku takut mendurhakai Allah karena cinta terlarang ini."
Pemuda itu memilih taat pada agama walau gelombang cinta dan rindu datang mendera dan menyiksanya.
Mendengar jawaban si pemuda, wanita itu semakin bersimpati dan terinspirasi dengan cinta sucinya. Akhirnya wanita itu jatuh sakit menahan asmara dan ia pun meninggal dunia.
Satu hari, sang pemuda berziarah ke makam si gadis dan menangis di atas pusaranya.
Malam harinya dalam lelap tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan si gadis pujaannya. Mengenakan gaun indah dan dengan wajah yang berseri-seri. Pemuda itu bertanya,"Bagaimana keadaanmu duhai pujaanku?"
Si gadis menjawab lewat gubahan syair:
"Cinta terbaik ialah cinta yang ada padamu..Cinta yang menuntunku pada kebaikan dan kemuliaan.."
Kisah Motivasi ini sangat inspiratif. Motivasi untuk menjadikan cinta pada tingkat yang maksimal. Steril dari hal negatif yang dapat merusak kejernihan dan kesucian cinta. Kalau pun sudah terlanjur jatuh cinta maka buatlah cinta yang maksimal, steril dan berkualitas.