Pojok Islam - Nama Raja lalim itu adalah Abdullah bin Yusuf yang bergelar Al-'Adhid, merupakan raja terakhir Dinasti Ubaidiyah. Dinasti ini berkuasa dari abad ke-tiga hingga abad ke-enam di Maghrib.
Sebuah dinasti beraliran Syi'ah dan memerintah dengan tangan besi, sehingga tidak sedikit ulama dari kaum Sunni yang terbunuh dan dieksekusi di tangan mereka.
Al-'Adhid adalah penganut Syi'ah yang sangat fanatik. Sangat suka mencaci maki sahabat Nabi SAW. Baginya darah orang Sunni halal, sehingga begitu melihat dan mendengar ada orang beraliran Sunni pasti akan dihabisinya.
Diakhir-akhir masa kekuasaanya, Al-'Adhid berkunjung ke Mesir. Satu malam, dia bermimpi tubuhnya tersengat kalajengking yang sangat besar yang keluar dari sebuah Masjid terkenal di Mesir. Saaterbangun pagi harinya tubuhnya masih menggigill seolah masih merasakan sisa sengatan kalajengking itu.
Dia langsung memanggil seorang ahli takbir mimpi untuk memaknai mimpinya semalam, karena Al-'Adhid merasa ini bukan mimpi biasa.
"Ampun baginda, seorang yang berdiam di masjid itu akan mencelakakan baginda!", Jawab si tukang takbir mimpi.
Al-'Adhid ternyata sedikit meniru gaya Fir'aun, sehingga begitu mendengar jawaban si tukang takbir mimpi, ia lantas memerintahkan Gubernur Mesir untuk mencari tahu siapa yang bermukim di masjid yang terkenal di Mesir itu.
Si Gubernur langsung mendatangi mesjid itu, dan ternyata di mesjid itu hanya ada seorang sufi renta dan lemah. Sufi itupun langsung digelandang menghadap Al-'Adhid.
Tanpa banyak bicara, Al-'Adhid memberondong sang sufi dengan segudang pertanyaan. Siapa namanya? Darimana asalnya? Kapan datang ke Mesir? Untuk tujuan apa ada di Mesir? Serta pertanyaan-pertanyaan lain.
Semua pertanyaan Al-'Adhid dijawab sang sufi renta itu dengan tenang, lancar dan tuntas. Dari sana Al-'Adhid berkesimpulan bahwa sufi renta itu adalah orang yang jujur. Dia juga berpendapat bahwa rasa curiganya tidak beralasan karena sufi itu terlihat sangat lemah dan tak berdaya.
Diperintahkannya sufi itu kembali ke masjid dengan dibekali berbagai hadiah sebagai bentuk permohonan maaf Al-'Adhid pada sang sufi.
Bahkan sebelum pulang Al-'Adhid mohon kepada sang sufi renta agar mendo'akan keselamatannya.
Waktu terus berjalan. Beberapa tahun setelah peristiwa itu, seorang pemuda gagah berani bernama Yusuf bin Ayyub yang berjuluk Salahuddin al-Ayyubi berhasil menurunkan Al-'Adhid dari singgasananya. Dinasti Ubaidiyah berhasil ditamatkan oleh Salahuddin sang Pahlawan Perang Salib, dan berganti menjadi Dinasti Abbasiyah di Mesir..
Al-'Adhid akhirnya ditangkap dengan tuduhan dan kesalahan berlapis. Salahuddin hendak memberikan hukuman yang setimpal kepadanya yakni hukuman mati.
Maka dipanggillah para ahli hukum (fiqih) guna meminta fatwa mereka tentang hukuman yang paling pas untuk Al-'Adhid.
Diantara para ahli fiqih tersebut terdapat seorang yang sangat disegani dan pendapatnya paling didengar. Bukan saja karena ia seorang ahli tasawwuf, tapi juga sangat alim dalam ilmu fiqih.
Orang tua itu bernama Syekh Muhammad bin Muwaffiq yang berjuluk Najmuddin al-Khubusyani. Dialah sang sufi renta yang pernah ditangkap lalu dibebaskan oleh Al-'Adhid.
Pada akhirnya, sang sufi renta yang jadi peng-eksekusi raja lalim melalui fatwa-fatwanya dengan menimbang begitu banyak kejahatan yang telah dilakukan oleh raja lalim itu. Salahuddin pun bisa menerimanya dan akhirnya Al-'Adhid dijatuhi hukuman mati.
Pelajaran dari kisah cerita motivasi Islam kali ini adalah,"Janganlah sekali-kali kita hanya melihat bentuk luar seseorang, karena itu akan bisa menipu dan diluar perkiraan kita. Selalu berfikir positif terhadap orang lain dan berfikir negatif pada diri sendiri adalah hal yang utama guna menjadi orang bijak".