Pojok Islam - Ada istilah “syirik kecil” dan ini sering luput dari perhatian. Padahal, syirik kecil inilah yang paling
dikhawatirkan Rasulullah menimpa umatnya. Apa "syirik kecil" itu? Ialah penyakit riya' atau virus suka pamer.
Nabi SAW. bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik ashghar (syirik terkecil).” Para
sahabat bertanya, “Apa itu syirik terkecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’
(pamer).” (HR. Ahmad)
Sikap Rasulullah yang menempatkan riya’ sebagai hal yang paling ditakuti mengindikasikan betapa gawat
darurat perbuatan tersebut.
Gawat darurat pertama karena muncul harapan selain Allah, dan gawat
darurat kedua karena dosa ini nyaris tak terasa lantaran “kenikmatan semu” yang diterima pelakunya, seperti
berupa pujian, sanjungan, hingga kenaikan kedudukan dari orang-orang di sekitarnya.
Syirik tak mesti dialamatkan kepada para penyembah pohon atau berhala, tapi juga pada orang-orang yang bergantung pada pujian dan pandangan orang lain. Allah tak lagi menjadi ukuran utama terhadap segenap nilai perbuatan baik. Karena itu, betapa banyak orang memperlihatkan, memotret, atau memperdengarkan kedermawanan, kesalehan, prestasi, bukan agar orang lain meneladani melainkan sekadar mengetahui, syukur-syukur melontarkan puji-pujian. Fenomena ini kita temui dengan sangat mudah di era media sosial ini.
Syirik tak mesti dialamatkan kepada para penyembah pohon atau berhala, tapi juga pada orang-orang yang bergantung pada pujian dan pandangan orang lain. Allah tak lagi menjadi ukuran utama terhadap segenap nilai perbuatan baik. Karena itu, betapa banyak orang memperlihatkan, memotret, atau memperdengarkan kedermawanan, kesalehan, prestasi, bukan agar orang lain meneladani melainkan sekadar mengetahui, syukur-syukur melontarkan puji-pujian. Fenomena ini kita temui dengan sangat mudah di era media sosial ini.
Riya’ merupakan penyakit hati. Ia virus yang tergolong sukar diobati dan menggerogoti habis nilai
pahala di mata Allah SWT.
Riya’ bisa berlangsung dalam tiga waktu: sebelum, saat,
dan setelah perbuatan baik dilakukan.
Lalu bagaimana tips-tips untuk mengatasinya? Berikut ini 3 tips menghindari virus suka pamer :
Pertama, orang yang terbesit riya' sebelum mengerjakan amalan dan memang berniat
mengerjakannya semata karena riya’, maka agar selamat orang ini harus menunda
amalannya sampai timbul rasa ikhlas. Untuk menimbulkan rasa ikhlas, seseorang perlu merenung
bahwa kritikan dari orang lain adalah untuk meningkatkan kualitas diri, sementara sanjungan hanya akan memacu perasaan ujub lalu menjatuhkan.
Kedua, bila riya’ muncul di saat melakukan amalan, seseorang dianjurkan untuk menghalau gangguan
itu sambil meneruskan amalannya. Kalau godaaan riya' terus hadir, ia tidak perlu menggubrisnya.
Insyaallah amalannya diterima karena tetap berpijak pada niatnya semula.
Ketiga, niat awal bisa saja karena Allah, saat melakukannya pun tak ada kendala dalam hati. Tapi,
hawa nafsu yang pantang menyerah bisa menjerumuskan ahli amal dengan berbuat riya’ setelah
kebaikan dan kesalehan itu dilakukan. Orang yang dihadang godaan seperti ini perlu serius
membentengi diri dan selalu berpikir bahwa kebaikan tak datang dari dirinya tanpa pertolongan dan
karunia Allah. Di saat yang sama, penting juga menyadari bahwa keburukan masih lebih banyak
bersemanyam dalam dirinya daripada kebaikan.
Penjelasan ini memberi pesan kepada kita semua bahwa siapa pun bisa dihinggapi sifat syirik, bahkan
orang yang kerap memvonis syirik orang lain pun. Manusia dituntut untuk selalu berhati-hati,
mengutamakan instropeksi daripada menghakimi. Riya’ termasuk syirik yang samar, tidak
terasa, dan justru karena kesamarannya inilah membuatnya lebih berbahaya dan paling dikhawatirkan
oleh Nabi SAW.
Orang yang rajin beribadah sekalipun belum tentu bersih dari sifat tercela ini. Riya' juga bisa muncul
ketika seseorang memanjangkan ruku’ atau sujud di dalam shalat, saat berpakaian yang
mengesankan kealiman, atau memfasih-fasihkan lidah saat berceramah dengan mengumbar hafalan
dan keluasan ilmu. Adapula yang bersikap sedemikian rupa agar dikatakan orang lain menganggap
dirinya tak suka pamer, ini pun tergolong riya'. Artinya, riya' juga dapat menyelinap di balik sifat-sifat
terpuji dan amal ibadah.
Namun demikian, semuanya bisa dicegah dan disembuhkan. Jangan karena takut riya’ amal ibadah
tidak terjalani. Segalanya tergantung pada kesungguhan berjihad dengan diri sendiri dan kelurusan
niat hati kita. Menghindari riya’ sesungguhnya adalah upaya memurnikan peruntukkan seluruh amal
kebaikan bagi Allah semata.
Itulah paling tidak 3 tips mengatasi virus suka pamer, dengan harapan semoga kita selalu dihindarkan
dari sifat itu. Dan semoga keikhlasan selalu terbawa dalam amal ibadah kita sehari-hari.