Pojok Islam - Beberapa waktu lalu saya menonton acara lomba stand-up comedy di sebuah stasiun TV swasta. Salah satu peserta menarik perhatian saya, bukan saja karena materinya yang menggelitik perut, tapi juga kalimat pembukaan yang membuat saya tertegun dan merenung.
Dia mengawali penampilannya dengan salam lalu kemudian berkata,"Selamat malam para calon jenazah!"
Beragam ekspresi penonton saya lihat di layar tv itu, ada yang tertawa karena mungkin menganggap ucapan itu lucu, ada yang tanpa senyum sama sekali karena barangkali dianggap ucapan itu tidak pantas atau kurang beretika, dan ada yang terdiam tanpa ekspresi karena mungkin sedang berfikir bahwa ucapan sang komedian itu ada benarnya. Kisah cerita tadi adalah sebuah bahan renungan bagi kita tentang kedatangan ajal dan kematian.
Ya, Kita semua adalah para calon jenazah. Kita semua dalah orang-orang yang sedang menunggu panggilan terakhir dari yang menciptakan kita. Kita semua sedang menuggu kematian. Kematian yang akan pasti kedatangannya tapi tidak kita tahu pasti kapan waktu kedatangannya. Bisa hari ini, esok lusa dan seterusnya. Dan seringkali kematian datang tanpa memberi kabar dan peringatan terlebih dahulu.
Ia adalah wewenang Allah yang tak seorang pun dari kita mampu menolak atau menghindar dari kematian.
Ada sebuah kata-kata bijak dari Ali bin Abi Thalib menyangkut kematian.
Beliau berkata,"Setiap desah nafas manusia adalah seperti derap langkah menuju kematiannya."
Atau kata-kata mutiara hikmah beliau yang lain, bahwa jarak antara hidup dan mati manusia cuma seperti tirai yang sangat tipis. Tirai tipis ini akan mudah tersingkap dan manusia akan dengan sangat mudah berpindah dari satu alam ke alam lainnya dengan suasana yang sangat jauh berbeda.
Acapkali kita telah diingatkan oleh Allah SWT. lewat peristiwa kematian, bahwa Allah-lah pemilik semua, dan Allah berhak mencabut dan mengangkat semua kapanpun Dia kehendaki.
Kadang kita tidak percaya, orang yang kita sayangi atau kita kenal yang beberapa saat sebelumnya masih berbincang hangat dengan kita, beberapa saat berikutnya telah terbujur kaku tanpa ada tanda-tanda sakit sebelumnya, atau mengalami kecelakaan yang tiada disangka, atau sebab-sebab lainnya.
Betapa mudahnya kemampuan manusia berakhir begitu saja.
Saat kematian menimpa, sang jenazah tidak bisa berkata-kata lagi, tidak bisa tersenyum, tertawa atau berkeluh kesah. Dia tidak lagi mendengar ratapan anak istri, keluarga dan sanak familinya.Dia sudah berada di alam lain yang manusia di dunia tak mampu menjangkaunya.
Kematian adalah wewenang sepenuhnya Sang Pemilik Kerajaan langit dan bumi. Tak ada seorangpun yang berkuasa menentukan umur kehidupan atas dirinya. Nikmat hidup dan umur ini adalah anugerah, yang setiap saat anugerah ini pasti akan ditarik dan diminta-Nya kembali. Kita tidak bisa bertanya kenapa Dia lakukan ini pada kita, tetapi kelak kitalah yang akan ditanya tentang apa yang telah kita lakukan di sepanjang umur yang telah Dia anugerahkan.
Perlu kita ingat bahwa kematian sebab sakit, kecelakaan, terbunuh, dan lain-lainnya adalah sebab. Penyebab sesungguhnya tidaklah terlalu penting, karena yang terpenting adalah hakekat. Hakekat bahwa Allah-lah yag telah menentukan dan menggariskannya.
Jika saja kita diberi pilihan, mungkin semua kita akan memilih hidup selamanya tanpa merasakan kematian. Tapi sekali lagi kematian adalalah bukan wewenang kita sama sekali.
Firman Allah SWT. alam surat Ali Imran ayat 145 :
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
Artinya : "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Kematian adalah sebuah peringatan besar bagi mereka yang masih hidup. Tentunya dengan peringatan itu, kita yang masih hidup bisa bersiap-siap menunggu panggilan terakhir dengan memperbanyak bekal berupa kebaikan dan amal shalih, berbakti kepada Allah dan berbuat yang ma'ruf kepada sesama manusia. Dan itu semua tidak akan terjadi dalam satu dua hari, melainkan melalui proses dan perjalanan sepanjang umur kita. Dan orang yang telah lulus dalam proses dan perjalanan itulah yang insyaallaah akan menghadapi panggilan terakhirnya dengan husnul khotimah.