Pojok Islam - Pernahkah di daerah kita heboh karena "katanya" ada penampakan makhluk menyeramkan atau kemunculan hantu gentayangan? Atau cerita tentang arwah gentayangan karena "katanya" ingin meminta maaf kepada kerabat dan teman yang belum sempat terucap saat hidupnya?
Atau peringatan dari mulut ke mulut,"Awas ada hantu, ada kuntilanak, ada genderuwo, ada sundel bolong", dan sebutan-sebutan lainnya?
Belum lagi jika kisah tentang hantu tadi digosok dan dibumbui pula oleh orang-orang dengan cerita versi "katanya" yang lain sehingga aroma seram dan mistisnya semakin sempurna.
Seperti kita ketahui, di sebagian wilayah Nusantara, kultur budaya lama kita sangat kaya dengan kepercayaan berbau mistis. Mereka meyakini adanya benda-benda yang memiliki tuah dan kekuatan magis seperti keris, cincin, serta benda pusaka lainnya. Kadang ada yang meyakini bahwa benda-benda itu bisa memberikan manfaat dan memberi perlindungan dari marabahaya.
Kepercayaan berbau mistis lainnya adalah kepercayaan tentang sosok bernama hantu.
Nama-nama dan jenis hantu pun beragam seperti pocong, kuntilanak, wewe gombel, sundel bolong, panji landung dan lain-lain.
Pocong "katanya" adalah mayat yang lupa dilepas tali kafannya sehingga gentayangan untuk minta agar tali kafannya dibuka.
Kuntilanak "katanya" adalah sosok hantu perempuan yang meninggal dalam keadaan hamil. Arwahnya "katanya" gentayangan karena rindu kehadiran anaknya. Serta "katanya-katanya" yang lain.
Terlepas dari hal itu semua, mari sejenak kita bandingkan dengan kepercayaan orang Arab masa Jahiliyah. Mereka mempunyai sebuah kepercayaan bahwa tulang-belulang orang yang meninggal akan berubah menjadi "hammah" yakni sosok binatang sebagai jelmaan pengganti sosok manusia yang meninggal tersebut dan akan mengganggu manusia sekelilingnya.
Ada lagi kepercayaan bahwa apabila ada orang yang terbunuh, sementara pembunuhnya belum dituntut balas, maka dari kepalanya akan keluar makhluk bernama hammah dan akan berputar-putar di sekitar kuburannya dan berkata,"beri aku minum."
Atau peringatan dari mulut ke mulut,"Awas ada hantu, ada kuntilanak, ada genderuwo, ada sundel bolong", dan sebutan-sebutan lainnya?
Belum lagi jika kisah tentang hantu tadi digosok dan dibumbui pula oleh orang-orang dengan cerita versi "katanya" yang lain sehingga aroma seram dan mistisnya semakin sempurna.
Seperti kita ketahui, di sebagian wilayah Nusantara, kultur budaya lama kita sangat kaya dengan kepercayaan berbau mistis. Mereka meyakini adanya benda-benda yang memiliki tuah dan kekuatan magis seperti keris, cincin, serta benda pusaka lainnya. Kadang ada yang meyakini bahwa benda-benda itu bisa memberikan manfaat dan memberi perlindungan dari marabahaya.
Kepercayaan berbau mistis lainnya adalah kepercayaan tentang sosok bernama hantu.
Nama-nama dan jenis hantu pun beragam seperti pocong, kuntilanak, wewe gombel, sundel bolong, panji landung dan lain-lain.
Pocong "katanya" adalah mayat yang lupa dilepas tali kafannya sehingga gentayangan untuk minta agar tali kafannya dibuka.
Kuntilanak "katanya" adalah sosok hantu perempuan yang meninggal dalam keadaan hamil. Arwahnya "katanya" gentayangan karena rindu kehadiran anaknya. Serta "katanya-katanya" yang lain.
Terlepas dari hal itu semua, mari sejenak kita bandingkan dengan kepercayaan orang Arab masa Jahiliyah. Mereka mempunyai sebuah kepercayaan bahwa tulang-belulang orang yang meninggal akan berubah menjadi "hammah" yakni sosok binatang sebagai jelmaan pengganti sosok manusia yang meninggal tersebut dan akan mengganggu manusia sekelilingnya.
Ada lagi kepercayaan bahwa apabila ada orang yang terbunuh, sementara pembunuhnya belum dituntut balas, maka dari kepalanya akan keluar makhluk bernama hammah dan akan berputar-putar di sekitar kuburannya dan berkata,"beri aku minum."
Islam tidak mengenal istilah hantu atau orang yang dapat hidup lagi setelah meninggal apalagi bergentayangan, sebab arwah orang yang meninggal telah berada di alam barzakh.
Firman Allah SWT. dalam surat Al-Mukminuun ayat 99-100, yang artinya :
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan."
Bisa dipastikan lewat firman Allah di atas, bahwa kabar orang yang meninggal dunia bisa hidup lagi dan arwahnya gentayangan adalah tidak benar.
Kemudian setelah kita mengetahui itu, pertanyaannya adalah siapakah makhluk-makhluk yang katanya terlihat atau disaksikan oleh orang yang mengaku melihat penampakan makhluk menyeramkan?
Mereka adalah jelmaan jin atau syetan yang bermaksud mengelabui mata manusia agar percaya dan takut kepada ruh-ruh orang yang telah mati. Jika manusia percaya itu, maka syetan akan semakin mudah untuk menjerumuskan manusia.
Bisa dipastikan lewat firman Allah di atas, bahwa kabar orang yang meninggal dunia bisa hidup lagi dan arwahnya gentayangan adalah tidak benar.
Kemudian setelah kita mengetahui itu, pertanyaannya adalah siapakah makhluk-makhluk yang katanya terlihat atau disaksikan oleh orang yang mengaku melihat penampakan makhluk menyeramkan?
Mereka adalah jelmaan jin atau syetan yang bermaksud mengelabui mata manusia agar percaya dan takut kepada ruh-ruh orang yang telah mati. Jika manusia percaya itu, maka syetan akan semakin mudah untuk menjerumuskan manusia.
Jin, syetan atau malaikat adalah makhluk-makhluk halus dan gaib yang tidak bisa dilihat oleh panca indera kita. Mata manusia tidak akan bisa melihat mereka dengan bentuk aslinya. Jika ada yang katanya bisa melihat mereka, itu adalah kebohongan yang nyata.
Firman Allah dalam surat al-A'raaf ayat 27 :
Firman Allah dalam surat al-A'raaf ayat 27 :
".....Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman."
Namun yang perlu kita ketahui, bahwa mereka (jin, syetan dan malaikat) bisa berubah wujud menjadi makhluk lain atas kehendak dan seizin Allah SWT. Mereka bisa jadi dan menyerupai apapun kecuali menyerupai wujud Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah riwayat hadits dan kisah Nabi SAW. diceritakan bahwa malaikat Jibril pernah berubah wujud menjadi seorang manusia ketika bertanya tentang iman, islam dan ihsan kepada Nabi SAW.
Barangkali sebab-sebab banyak masyarakat yang mempercayai hal-hal mistis tadi disebabkan karena :
Pertama : minimnya pengetahuan ilmu agama, sebab salah satu yang diajarkan dalam agama adalah bagaimana seorang mukmin memiliki iman yang kuat, dengan tujuan agar tidak mudah terbuai dan terpancing oleh tipuan syaitan.
Kedua : seringnya manusia berhalusinasi. Halusinasi adalah rangsangan terhadap panca indera yang diwujudkan oleh salah satu indera yang lain, sehingga seolah-olah ada rangsangan oleh indera tersebut. Contohnya ketika seseorang lewat dikuburan secara otomatis bulu kuduknya akan berdiri karena rangsangan rasa takut yang menghinggapi orang itu.
Ketiga : Kepercayaan turun temurun yang mengakar begitu kuat sehingga menjadi sebuah keyakinan.
Karenanya sebagai orang mukmin, tidak sepatutnya kita mempercayai hal-hal mistis tersebut. Kepercayaan kita akan tahayul itu hanya akan membuat ketakutan kita kepada Allah SWT semakin menipis dan dikalahkan oleh ketaktan kita kepada makhluk-makhluk-Nya. Perbanyak taubat dan semakin pertebal keimanan kita kepada-Nya.
Jika itu bisa kita lakukan, niscaya tidak ada sesuatupun yang membuat kita takut kecuali kepada Allah SWT semata.
Dalam sebuah riwayat hadits dan kisah Nabi SAW. diceritakan bahwa malaikat Jibril pernah berubah wujud menjadi seorang manusia ketika bertanya tentang iman, islam dan ihsan kepada Nabi SAW.
Barangkali sebab-sebab banyak masyarakat yang mempercayai hal-hal mistis tadi disebabkan karena :
Pertama : minimnya pengetahuan ilmu agama, sebab salah satu yang diajarkan dalam agama adalah bagaimana seorang mukmin memiliki iman yang kuat, dengan tujuan agar tidak mudah terbuai dan terpancing oleh tipuan syaitan.
Kedua : seringnya manusia berhalusinasi. Halusinasi adalah rangsangan terhadap panca indera yang diwujudkan oleh salah satu indera yang lain, sehingga seolah-olah ada rangsangan oleh indera tersebut. Contohnya ketika seseorang lewat dikuburan secara otomatis bulu kuduknya akan berdiri karena rangsangan rasa takut yang menghinggapi orang itu.
Ketiga : Kepercayaan turun temurun yang mengakar begitu kuat sehingga menjadi sebuah keyakinan.
Karenanya sebagai orang mukmin, tidak sepatutnya kita mempercayai hal-hal mistis tersebut. Kepercayaan kita akan tahayul itu hanya akan membuat ketakutan kita kepada Allah SWT semakin menipis dan dikalahkan oleh ketaktan kita kepada makhluk-makhluk-Nya. Perbanyak taubat dan semakin pertebal keimanan kita kepada-Nya.
Jika itu bisa kita lakukan, niscaya tidak ada sesuatupun yang membuat kita takut kecuali kepada Allah SWT semata.