Pojok Islam - Cerita motivasi "Stabilkan rasa cemburu", saya tulis sebagai bahan renungan untuk kita semua agar bagaimana kita dan pasangan kita mampu menjalani bahtera kehidupan rumah tangga menjadi keluarga bahagia, sakinah, mawaddah warahmah.
Allah SWT. menjadikan segala sesuatu di bumi ini berpasang-pasangan, demikian juga manusia ada laki-laki dan perempuan. Hal ini tentu dimaksudkan agar manusia bisa melakukan regenerasi sehingga spesies “Bani Adam” tidak punah.
Allah SWT. menjadikan segala sesuatu di bumi ini berpasang-pasangan, demikian juga manusia ada laki-laki dan perempuan. Hal ini tentu dimaksudkan agar manusia bisa melakukan regenerasi sehingga spesies “Bani Adam” tidak punah.
Dan pernikahan adalah satu-satunya jalan yang halal dan diperintahkan agama untuk melakukan proses regenerasi tersebut. Pernikahan adalah tuntutan yang wajib dan manusiawi.
Cinta adalah anugerah Allah yang suci dan agung. Karenanya cinta tidak boleh ternoda dengan nafsu syahwat atas nama cinta. Cinta tidak seharusnya difahami secara salah, serampangan dan liar.
Berkenaan dengan cinta dan pernikahan, maka dalam perjalanan setiap pasangan dalam rumah tangganya tidak akan pernah lepas dari rasa cemburu.
Cemburu kurang lebih saya definisikan sebagai,”Satu sikap yang tidak menghendaki adanya pihak ketiga memasuki dan menjadi bayang-bayang hubungan seseorang dengan orang yang dicintainya”.
Atau cemburu bisa juga,”Merupakan bagian dari ketersinggungan diri yang positif terkait hak yang dimiliki seseorang. Dan cemburu bisa jadi adalah suatu reaksi mulia dan dianjurkan agama”.
Dan dalam hubungan rumah tangga, suami dan istri harus punya rasa cemburu sebagai salah satu cara mengharmoniskan rumah tangganya. Bayangkan saja, jika seorang suami atau seorang istri “mati rasa”, tidak ada reaksi dan “emosi jiwa” saat mendengar atau melihat pasangannya dekat atau menjalin hubungan khusus dengan orang lain. Sangat aneh khan..??
Artinya rasa cemburu harus selalu ada sebagai upaya melindungi hak, milik atau wilayah privasinya.
Meski rasa cemburu itu perlu ada, tapi sahabat Ali bin Abi Thalib berkata bahwa kecemburuan hendaknya tidak sering muncul dalam rumah tangga, karena bisa jadi itu juga akan jadi pemicu masbalah lainnya. Stabilkan rasa cemburu atau dengan ahasa gampangnya, rasa cemburu perlu ada tapi jangan terlalu mengada-ada.
Ikhwanii fillaah…
Disinilah letak peran suami sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangganya, yang mampu memberikan tarbiyyah (pendidikan) seputar rumah tangga pada istri.
Sebab istri dan anak adalah amanah Allah yang tidak boleh disia-siakan.
Tidak ada kesalahan yang lebih berat bagi seorang suami selain membiarkan keluarganya statis dalam kebodohan.
Karenanya, pengetahuan agama khususnya yang terkait dengan relasi timbal balik antara suami istri, seperti tahu hak dan kewajiban masiing-masing mutlak harus diketahui dan difahami.
Cemburu adalah bumbu rumah tangga kata orang, tetapi jika terlalu berlebihan bumbu pasti akan mengurangi cita rasa sebuah masakan. Betul khan..??
So..stabilkan rasa cemburu, sehingga dengan kecepatan rasa cemburu yang stabil kita akan tahu kapan saat injak gas, kapan membunyikan klakson atau kapan saat yang tepat untuk menarik tuas rem.
Semoga bermanfaat untuk kita semua..!!