Kisah Islami : KH. AHMAD JAZULI, ULAMA CERDAS DARI PLOSO KEDIRI

Pojok Islam - Kisah Islami tentang KH. Ahmad Jazuli Ploso Kediri Jawa Timur berikut ini bermula dari sosok seorang pemuda pintar dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu.

Nama aslinya Mas'ud, seorang anak desa dari daerah Kediri Jawa Timur yang cerdas, tekun dan ulet dalam belajar. Begitu uletnya, sehingga meski dia dari daerah pedesaan, tapi mampu bersekolah kedokteran di STOVIA - Batavia (kini jadi Fakultas Kedokteran UI).
Untungnya, Mas'ud dilahirkan dikalangan bangsawan jawa, sehingga masalah biaya tidak begitu jadi persoalan buat Naib Usman ayahnya.

Namun alangkah kecewanya Mas'ud disaat semangatnya begitu menggebu-gebu ingin meraih gelar dokter, ayahnya memerintahkannya pulang ke kampung dan harus pindah haluan pendidikan ke pondok pesantren.
Belakangan barulah dia tahu bahwa perintah pulang itu bukan keinginan ayahnya, tetapi atas perintah Kyai Zainuddin, seorang ulama kharismatik dari Mojosari Jombang yang terkenal mukhasafah.
Pesantren Mojosari asuhan Kyai Zainudin menjadi pelabuhan pertama pemuda Mas'ud. Dari pesantren inilah dia mendapat berbagai dasar ilmu agama. Dan tentu berkat ketekunan dan kecerdasannya Mas'ud menjadi salah satu santri yang sangat dihormati karena kepandaiannya dalam berbagai disiplin ilmu agama.


Singkat cerita, selepas dari Pesantren Mojosari, Mas'ud berkesempatan menimba ilmu selama dua tahun di Makkah al-Mukarromah. Sekembalinya dari Makkah, Mas'ud berganti nama menjadi Ahmad Jazuli dan menetap di Ploso - Kediri, tanah kelahirannya.
Namun semangatnya untuk terus menimba ilmu, membawanya kembali ke dunia pesantren. Kali ini Pesantren Tebu Ireng yang diasuh oleh Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari menjadi tujuannya. Ilmu hadits yang merupakan salah satu kelebihan Kyai Hasyim Asy'ari jadi fokusnya.

Setelah itu, beliau melanjutkan perburuan ilmunya ke pesantren Tremas Pacitan, asuhan Kyai Dimyathi, kemudian  berlanjut ke Sidoarjo. Di kota ini, meski telah mencapai taraf alim, beliau berguru kepada Kyai Khozin.

Sekembalinya berguru dari Sidoarjo, beliau kembali ke kampung halamannya Ploso Kediri, mengisi pengajian di rumahnya dan di musholla-musholla. Kemudian beliau mendirikan madrasah di depan masjid, yang beliau beri nama "Darussalam", madrasah yang menjadi cikal bakal salah satu  pesantren besar hingga kini yaitu PP. Al-Falah Ploso-Kediri.

Kyai Ahmad Jazuli adalah sosok yang tekun dalam "ngerumat" (merawat) santri-santrinya, istiqomah dalam mendidik, sholat jamaah, membaca kitab, bangun malam dan mujahadah tidak pernah lewat dari aktivitas kesehariannya.
Pernah diceritakan satu saat, dalam kondisi sakit yang cukup lama (kurang lebih enam tahun) beliau masih menyempatkan diri untuk "ngopeni" (melayani dan mengajar santri-santrinya). Subhaanallooh..

Hingga akhirnya tanggal 10 Muharram 1396 H atau tanggal 12 Maret 1975 M, beliau dipanggil menghadap Sang Khaliq. Meski beliau telah wafat dan tongkat estafet dilanjutkan oleh putra-putri beliau, karena barokah istiqomah dan mujahadah beliau...Pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri tetap eksis dan terus berkembang hingga saat ini.

Semoga kisah dan cerita singkat beliau ini, bisa kita jadikan satu pelajaran dan teladan bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan dan tidak ada kata cukup, apalagi kata terlambat.