POJOK ISLAM - Pernahkah kita melihat kucing yang sedang marah ?
Ya...jika kucing sedang marah dia bagaikan meniup tubuhnya sehingga terlihat lebih besar dari ukuran aslinya. Tentu itu sah-sah saja karena boleh jadi ia sedang menghadapi musuh atau ingin mempertahankan eksistensi dan wilayah kekuasaannya.
Jika kucing meniup tubuhnya hanya saat dia sedang marah, maka manusia lebih parah lagi. Manusia terkadang seperti meniup tubuhnya bukan saja saat sedang marah atau emosi, tetapi juga saat sedang merayu, merajuk, mencari simpati atau mencari perhatian dari orang lain.
Rasa ingin dipuji atau ingin memuji adalah salah satu cara manusia guna mempertahankan eksistensinya. Sebab pujian adalah sebuah tanda kekaguman, dan ketika pujian datang, maka dirinya merasa lega dan rasa aman akan eksistensinya akan terpenuhi.
Pujian yang datang dari pihak lain bisa jadi secara tulus tanpa diminta atau bisa jadi karena ada permintaan. Bahasa sekarang yang lebih pas mungkin,"Ada pesanan sponsor", atau dengan istilah yang lebih halus "karena ada iklan tersembunyi."
Ada pujian yang mudah dipercaya walaupun bohong, dan sebaliknya ada iklan yang susah dipercaya walaupun benar adanya.
Berbicara masalah iklan akhir-akhir ini terutama di televisi, coba kita bayangkan dan kalkulasikan, berapa banyak iklan yang tak ubahnya seperti kucing yang sedang marah..??
Iklan obat sakit kepala misalnya, semua merasa paling unggul, paling mujarab serta paling ces-pleng. Semua bilang sebagai "kecap nomer satu"
Semuanya meniup dirinya dan ingin mempertahankan eksistensinya sebagai sarana penghilang sakit kepala.
Padahal yang dihadapi bukan musuh, tetapi bangsa sendiri yang mendambakan obat.
Sedang obat yang ditawarkan terkadang menipu dan menyesatkan. dan tentu ini telah keluar dari norma-norma agama.
Islam mengajarkan agar setiap akad harus jelas objeknya. Dilarang beli kucing dalam karung.
Ketika Nabi SAW pergi ke sebuah pasar, dan beliau menemukan seorang pedagang yang menyembunyikan cacat barang dagangannya, beliau bersabda,"Siapa yang menipu (menyembunyikan cacat barang dagangannya), maka ia bukan termasuk kelompokku".
Baru cacat barang dagangan saja yang disembunyukan, Nabi telah memberi peringatan tegas seperti itu. Bagaimanakah lagi jika mengiklankan keistimewaan dan keunggulan sebuah barang yang terkadang tidak sesuai bahkan menyesatkan calon konsumennya?
Semoga cerita motivasi ini memberikan kita sebuah pelajaran, bahwa dalam bermu'amalah sehari-hari dengan orang lain, kita harus selalu berhati-hati, jujur dan apa adanya.
Janganlah seperti kucing yang sedang marah, menipu dan membohongi orang lain bahkan menghalalkan berbagai cara, yang pada akhirnya bukan orang lain saja yang rugi atau merasa tertipu, tetapi kita sendiri juga bakal kehilangan kepercayaan dari manusia bahkan lebih berat lagi mendapatkan murka dari Sang Maha Penguasa.
"Janganlah makan harta benda diantara kamu secara bathil". (QS. Al-Baqarah : 188)