Pojok Islam - Ribuan orang turun ke
jalan-jalan utama di Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (4/12), memprotes kekerasan
yang dilakukan Pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Negara Bagian
Rakhine. Dunia diminta segera bertindak untuk menekan Myanmar mengakhiri genosida
tersebut.
Seperti dilansir The Star Online, aksi dihadiri
oleh sejumlah elemen masyarakat, antara lain Perdana Menteri Najib Razak, Wakil
Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi, Presiden PAS Abdul Hadi Awang, anggota UMNO
(partai pengusung Najib), anggota PAS, serta Muslim Rohingya yang mengungsi di
Malaysia. Aksi diinisiasi oleh UMNO dan PAS.
Setelah bergerak di jalan-jalan utama Kuala
Lumpur, massa kemudian berkumpul di Stadion Titiwangsa, lokasi acara
dipusatkan. Acara dimulai dengan pidato dari Deputi Presiden Ikatan Muslimin
Malaysia (Isma) Aminuddin Yahya. Ia mempertanyakan sikap bisu The Malaysian
Bar, organisasi profesional yang menaungi pengacara di semenanjung Malaysia.
"Bukankah mereka pembela hak asasi manusia? Di mana mereka sekarang?"
tanya Aminuddin.
Sekretaris PAS wilayah Serawak Mukhtar Suhaili
menyindir standar ganda dunia internasional terhadap kekerasan yang terjadi di
Rakhine. "Mereka bisa memanggil kami (Muslim—Red) sebagai teroris,"
ujarnya. "Tapi, saya ingin bertanya kepada mereka, apakah kalian melihat
apa yang terjadi di Palestina? Suriah? Kami ingin dunia yang lebih aman bagi
kami juga," ungkap Suhaili.
Puncak acara diisi pidato oleh PM Najib Razak.
Dalam sambutannya dia menekankan, Malaysia akan terus menekan mitra-mitra di
ASEAN untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya.
Najib juga meminta Indonesia dan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk
bersama-sama dengan Malaysia menghadapi Myanmar perihal masalah ini.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Myanmar telah
mengingatkan Najib untuk tidak mengintervensi urusan dalam negeri pemerintah.
Sebab, hal tersebut melanggar kebijakan bersama ASEAN. "Saya tidak peduli!
Apakah Anda mengharapkan saya, seorang pemimpin dari lebih 30 juta orang,
menutup mata? Untuk tinggal diam? Saya tidak mau!" cetus Najib.
Ia mengatakan, aksi ini menunjukkan bahwa Malaysia
sebagai bagian dari komunitas bangsa-bangsa di ASEAN tidak dapat membiarkan
kekerasan di Rakhine. "Kami harus melindungi Rohingya bukan karena mereka
berasal dari agama yang sama seperti kami, melainkan mereka adalah manusia.
Kami peduli dengan kehidupan mereka," tegas Najib.
Dalam kesempatan itu, dia juga mengkritik pemimpin
Myanmar yang juga peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. Suu Kyi disebut
enggan bertemu diplomat Malaysia untuk membahas masalah yang menimpa Muslim
Rohingya. "Apakah dia benar-benar memiliki Nobel Perdamaian?"
Meski berseteru secara politik, dalam aksi ini
partai pengusung Najib, yaitu UMNO, dan pihak oposisi, PAS, bersatu. Najib
menilai perbedaan ideologi partai menjadi tidak relevan jika kedua pihak
sama-sama ingin membela Muslim Rohingya.
"Ini bukan pilihan, melainkan
kewajiban," kata Najib. Ia pun kemudian meminta para peserta aksi berdiri
dan berjanji bersatu padu menekan Myanmar agar mengakui Muslim Rohingya di
Rakhine.
Presiden PAS Abdul Hadi Awang mengatakan,
penindasan terhadap Muslim Rohingya merupakan isu kemanusiaan yang melampaui
batas politik serta agama. Oleh karena itu, Abdul Hadi meminta agar Kerajaan
Malaysia menggunakan saluran diplomatik untuk menyelesaikan kekerasan yang
menimpa Muslim Rohingya.
Menurut dia, kekerasan yang terjadi di Rakhine
bukan saja menuntut campur tangan Malaysia, melainkan juga seluruh negara yang
menandatangani piagam PBB. "Termasuk juga negara-negara ASEAN dan seluruh
negara anggota OIC (Organisasi Kerja Sama Islam/OKI—Red) serta semua pejuang
hak asasi manusia karena Myanmar telah melakukan pelanggaran HAM," kata
Abdul Hadi, seperti dilansir Astro Awani.
Hargai
Malaysia
Tindak kekerasan terhadap Muslim Rohingya oleh
Pemerintah Myanmar bermula dari serangan sejumlah orang yang diklaim sebagai
militan Islam ke pos-pos keamanan di perbatasan Myanmar-Bangladesh, 9 Oktober
2016. Sejak saat itu, serangan demi serangan dilakukan militer hingga
menewaskan lebih dari 100 Muslim Rohingya.
Sementara ratusan lainnya ditahan, puluhan ribu
orang mengungsi ke Cina dan Bangladesh, serta lebih dari 150 ribu orang
membutuhkan bantuan kemanusiaan. South East Asia Humanitarian Committee
(Seahum) beberapa waktu lalu telah menginisiasi kerja sama untuk membantu
Muslim Rohingya.
Presiden Masyarakat Rohingya di Malaysia Faisal
Islam Muhammad Kassim mengaku sangat menghargai upaya Malaysia untuk menemukan
solusi terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. "Kami
ingin Pemerintah Malaysia mengirim pesan ke dunia Islam dan negara-negara Barat
untuk menekan Pemerintah Myanmar menyelesaikan masalah Rohingya ini," ujar
Kassim. (Sumber : Republika.co.id)
