Khotbah Jum'at : SALING MENGHARGAI TANPA MENYAKITI


لحمد لله الذي هدانا لهدا وماكنا لنهتدي لولي أن هدان الله, أشهد أن لإإله إلا الله وحده لاشريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعدا. أللهم صل وسلم وبارك وشرف وكرم وعظم علي سيدنا محمد وعلي أله وصحبه أجمعين. أمابعد.
فيا أيهاالمسلمون رحمكم الله, إتقواالله حق تقاته ولا تموتن إلآ وأنتم مسلمون

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumulloh
Marilah di awal khutbah jumat ini, selaku Khatib saya mengajak segenap Jamaah untuk terus meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Jamaah Jumat Rahimakumulloh
Tema Khutbah Jumat kali ini yakni Saling Menghargai Tanpa Penyakiti.
Sebagaimana sering kita dengan istilah Islam yang rahmatan lil  ‘aalamiin, sebagai sebuah ungkapan nyata bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT dan disebarkan melaui dakwah Nabi Muhammad SAW dengan cara yang damai serta rahmat bagi semesta alam, santun dan penuh dengan etika beradab. Karenanya, penyebaran Islam tidak dibolehkan adanya pemaksaan, kekerasan, intimidasi, iming-iming materi apalagi dengan cara-cara yang keji.
Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 118 :

ولوشآء ربك لجعل الناس أمة واحدة ولا يزالون مختلفون.

Artinya :”Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”.


Ayat di atas adalah ayat pluralitas yang menegaskan bahwa kebhinekaan dalam kehidupan manusia adalah suatu hal yang niscaya. Keragaman perilaku keagamaan, adat istiadat, ras, suku bangsa dan bahasa adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindarkan.
Maasyirol Muslimiin rahimakumulloh..!!

Islam adalah agama dakwah untuk semua ummat manusia, sehingga setiap kita mempunyai kewajiban untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia. Namun demikian Islam juga sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama dan Islam tidak membolehkan adanya paksaan dalam dakwah Islamiyah. Dengan tegas Allah berfirman :

لا إكراه في الدين. قد تبين الرشد من الغي. فمن يكفر بالطاغوت ويوء من بالله فقداستمسك بالعروةالوثق. لاانفصام لها والله سميع عليم.

Artinya:”Tidak ada paksaan memasuki agama islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada bukhul (tali) yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi  Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah : 256)

Islam adalah agama yang haq yang datang dari Allah SWT shingga mestinyaharus menjadi pilihan setiap manusia dan wajib diikuti. Allah mewajibkan setiap manusia untuk memilih iman dan menolak kekufuran. Namun demikian, kewajiban bukan paksaan, setiap orang bebas memilih eman atau kekafiran.
Sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 29:

وقل الحق من ربكم فمن شآء فليوء من, ومن شآء فليكفر.

“Dan katakanlah (Muhammad):”Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir”.

Tentu saja dengan ketentuan barang siapa telah memilih iman, maka tidak ada jalan baginya untuk melepaskannya. Karenanya Islam juga tidak mentolerir adanya murtad dan pemurtadan dari ajaran Islam. Mereka yang telah memilih iman berarti benar dan menang, sedang yang memilih kekafiran berarti salah dan kalah.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah…!!

Tuntunan Islam tentang pluralitas sangat indah dan menakjubkan sebagaimana pula telah dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang di luar Islam telah terjalin sejak lama. Pada awal beliau mendapat risalah, beliau telah berkomunikasi dengan Waroqoh bin Naufal seorang pendeta Nasrani di Makkah. Saat para sahabat mendapat tekanan keras dari kalangan kafir Quraisy, Nabi tidak sungkan mengirim mereka untuk mendapat suaka dari Raja Habasyah yang seorang Nasrani.
Dan beliau sendiri mendapat suaka dari seorang pemuka kafir musyrik Quraisy, Muth’im bin ‘Ady untuk masuk kota Makkah setelah beliau ditolak di Tha’if.
Selain itu, dalam rangka mejaga hubungan antar umat beragama di kota Madinah, Nabi SAW membuat Piagam Madinah yang berisikan nilai, norma hukum dan aturan hidup dalam ke-bhineka-an dan kemajemukan masyarakat Madinah kala itu. Di Makkah pun Nabi sudah terbiasa bermu’amalah dengan orang-orang di luar Islam. Bahkan suatu ketika Nabi bersabda :
“Barang siapa yang mendzalimi seorang mu’ahid (ahludzzimmah), atau mengurangi haknya, atau membebaninya diluar kemampuannya, atau mengambil sesuatu darinya yang bukan haknya, maka aku akan menjadi lawannya pada hari kiamat”. (HR. Abu Daud)

Subhaanallah, luar biasa. Seorang Nabi termulia, menyatakan akan melawan ummatnya yang mengganggu ummat lain tanpa hak. Ini adalah salah satu bentuk penghargaan teringgi nabi SAW dalam hal pluralitas.

Jamaah Jum’at rahimakumullah…
Sejenak, mari kita bercermin dan coba bandingkan dengan keadaan kita sekarang ini. Realitas masyarakat kita dalama urusan amar ma’ruf nahi munkar, kaum Muslimin banyak yang tidak menempatkan pada posisi yang semestinya. Dengan kata lain, cara-cara yang ditempuh tidak sejalan dengan contoh dan teladan dari Baginda Rasulullah SAW. Ada yang cenderung brutal bahkan menghalalkan berbagai cara. Ada yang meluruskan kesalahan orang dengan sebuah kesalahan, atau melakukan hal yang dianggap benar dengan cara yang justru bertentangan dengan kebenaran dan nilai Islam. Bahkan sudah jamak lagi, kini merebak berbagai macam virus kesombongan di tengah masyarakat kita, diantaranya :
1. Kesombongan intelektual, merasa diri lebih alim, lebih pintar, lebih banyak referensi buku dan kitabnya, sehingga gampang merendahkan orang lain dan menganggap orang lain tidak sebanding dengannya dalan hal ilmu dan  ke-aliman.
2. Kesombongan sosial yakni merasa diri lebih terhormat, lebih bergelimang materi, lebih banyak jamaah, bangga dipanggil dengan sebutan yang memuliakan meski hanya normatif belaka, yang akhirnya akan tercipta sekat-sekat baru dan merusak bangunan ukhuwah.
3. Kesombongan emosional, merasa diri lebih shaleh, lebih banyak amalnya, dan lebih diterima oleh Allah. Akhirnya akan merendahkan pendapat orang lain serta menganggap pendapatnyalah yang paling benar.
4. Kesombongan mental, keras dalam berpendapat, pedas dalam debat, kaku dalam bermasyarakat, tertutup dalam muamalah dengan orang lain, akhirnya terkesan inklusif.
5. Kesombongan fisik, merasa diri lebih kuat secara individu maupun kelompok, sehingga gampang bertindak anarkis dan mudah menyerang, bila dianggap ada sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapatnya.

Jamaah Jum’at rahimakumullah…
Manusia yang berjiwa besar adalah manusia yang mampu menghargai pendapat orang lain meski itu bertolak belakang dengan pendapatnya. Sedang manusia yang berjiwa kerdil adalah manusia yang tidak mau mendengar pendapat orang lain karena merasa pendapatnyalah yang paling benar.

Saat ini realitanya…kita sedang mengalami krisis penghargaan dan penghormatan pada orang lain. Terkadang beda dasar dikatakan kesasar, beda pendapat dikatakan sesat, beda tafsir dikatakan kafir, beda sudut pandang dikatakan pecundang, bahkan terkadang mencaci maki orang yang berbeda pendapat, padahal  Nabi SAW dan para sahabat tidak pernah berlaku seperti itu. Atau mari kita lihat contoh debat yang bermartabat antara sahabat Abu Bakar dan Umar dalam hal hukum bagi yang ingkar zakat atau kita lihat indahnya adu argument antara Imam Syafi’i dan Imam Malik dalam hal do’a qunut.

Hadirin, jamaah Jum’at rahimakumullah…
Semestinya, ketika dakwah ditolak katakan pada mereka:”
لكم دينكم ولي دين

Ketika dikhianati anggotanya katakan:
إني بريء مما تعملون

Ketika beda faham atau pendapat, katakanlah:
لنا أعمالناولكم أعمالكم

Semoga lewat khutbah jumat siang ini,kita akan menjadi orang-orang yang bisa saling menghargai tanpa saling menyakiti, menjadi orang-orang yang berjiwa besar dengan menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan dan mampu selalu menghargai pendapat orang lain. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang berjalan lurus di jalan yang diridhai-Nya. Aamiin.

أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم لي ولكم, ولساءرالمسلمين والمسلمات فيا فوزالمستغفرين ويانجـــات التـــاء بـــين