Pojok Islam - Berikut ini sebuah kisah inspiratif yang akan menjadi bahan renungan bagi kita semua.
Pada suatu hari sepulang dari mengisi pengajian di kampung sebelah, Ustad Soleh membeli buah semangka untuk istrinya tercinta. Tak disangka, meski dagingnya berwarna merah menyala, ternyata saat dimakan rasanya hambar dan tidak manis sama sekali.
Istri Ustad Soleh tanpa sadar mengomel dan menumpahkan kekecewaan serta perasaan marah pada buah semangka.
"Uh..semangka cap apa ini Abii? Rasanya tak sesuai dengan harganya. Rugi dong Abii mahal-mahal belinya! Coba kalau tadi uangnya pakai beli daging buat lauk makan besok, kan lumayan!" Kata istri Ustad Soleh.
Ustad Soleh menanggapi tenang omelan istrinya. Setelah selesai, lalu Ustad Soleh bertanya pada istrinya,"Umii marah dan dongkol pada siapa? Pada buah semangkanya? Pada pedagang buahnya ?
Kepada Abii karena membeli buah semangka ini? Atau menyalahkan petani yang menanamnya?
Ataukah Ummi menyalahkan Sang Pencipta buah semangka ini?" Tanya Ustad Soleh.
Istri Ustad Soleh langsung tertunduk dan terdiam memikirkan pertanyaan suaminya.
Sembari tersenyum, Ustad Soleh melanjutkan perkataannya:r
"Umii..setiap pedagang pasti ingin menjual yang terbaik dan memuaskan pelanggannya. Setiap pembeli pasti ingin yang terbaik pula yang dibelinya. Begitu pun seorang petani, tentu ia akan merawat tanamannya dengan menyiram, memupuk dan menghilangkan tanaman dari gulma dan hama yang dapat merusak pertumbuhan tanamannya agar menghasilkan tanaman dengan mutu terbaik. Berarti sasaran kekesalan dan kemarahan umii berikutnya yang tersisa, hanya Allah yang Menciptakan Semangka itu..!"
Perkataan Ustad Soleh terakhir sontak menembus hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perliahan di kedua pelupuk matanya.
Ustad Soleh kemudian melanjutkan ucapannya,"Bertaqwalah Umii...terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya, agar Allah memberikan keberkahan pada kita."
Mendengar nasehat suaminya itu, istri Ustad Soleh pun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha' dengan apa yang telah Allah SWT berikan.
HIKMAH DIBALIK KISAH :
Setiap keluhan kita yang terucap, maka artinya secara tidak langsung kita tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT. Walhasil keberkahan Allah akan jauh dari kita.
Karena keberkahan bukanlah tentang cukup dan mencukupi saja, akan tetapi keberkahan ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik suka dan duka.
.
Barokah itu adalah bertambahnya ketaatan kepada Allah.
Makanan yang berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat pengkonsumsinya menjadi lebih taat setelah memakannya.
Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub as. dimana rasa sakit menjadikannya bertambah taat kepada Allah.
Barokah itu tak selalu lewat umur yang panjang, Adakalanya umur seseorang pendek tapi ketaatan dan pengabdiannya luar biasa seperti Habib Munzir al-Musawa, pendiri Majelis Rasulullah.
Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan berpanorama indah, karena tanah yang tandus, kering dan gersang seperti Makkah dan Madinah punya keutamaan tiada tara di hadapan Allah SWT.
Ilmu yang barokah itu bukanlah yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tetapi ilmu yang ia amalkan untuk dirinya dan mampu diajarkan pada orang lain.
Penghasilan barokah juga bukanlah penghasilan yang besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana penghasilannya jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
.
Putra putri yang barokah bukanlah saat kecil mereka sehat, lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, mempunyai pekerjaan serta jabatan hebat. Putra-putri yang barokah ialah mereka yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya serta kelak mereka menjadi lebih shalih dari orang tuanya dan tak henti-hentinya mendo'akan orangtuanya.
Semoga lewat cerita motivasi Islam teladan tadi, semakin menambah semangat kita dalam meraih keberkahan-Nya dengan selalu istiqomah dalam ketaatan pada-Nya.