KISAH KEUTAMAAN ISTIGHFAR DAN KHASIAT AJAIBNYA | Kisah Inspiratif Islam Teladan

Pojok Islam - Sadarkah kita kalau kita teramat dimanja oleh Allah SWT. Curahan kasihnya kepada Istighfar kita tak terbatas. Ia merindukan kedatangan kita di Taman Firdaus-Nya.

Kala kita melenceng jauh dari petunjuk-Nya, Ia sigap. Ayat-ayat dan sabda Rasul-Nya akan lantang berseru dan memanggil serta mengajak kita kembali.
Dan, kala dosa melumuri jiwa kita, ia memberikan penawar. Penawar yang sangat mujarab membersihkan rohani kita dari gumpalan-gumpalan dosa. 
Penawar itu teracik dan terkemas cantik dalam kalimat bernama “istighfar”.

Istighfar adalah instrumen pemantik rejeki”, demikian muqaddimah yang disampaikan oleh Habib Umar bin Segaf as-Segaf, dalam karyanya, Tafrihul Qulub wa Tafrijul Kurub. Sudah barang tentu, kalimat ini bisa multi tafsir. Dalam pandangan ulama salaf sekaliber Habib Umar, kata “rejeki” memuat berjuta makna. Ada rejeki ruhani dan ada rejeki ragawi. Wallahu a’lam.

Firman Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW menyebutkan fadhilah-fadhilah istighfar berulang kali. Diantara fadhilahnya adalah: "melebur dosa-dosa, menetaskan jalan keluar dari pelbagai persoalan, dan menyingkirkan kegalauan serta kesumpekan dari dalam hati.”


Memang, kesumpekan dan deraan persoalan, biasanya berpangkal dari perbuatan dosa. Oleh karena itu, seyogyanya diobati dengan istighfar dan taubat yang tulus ikhlas.
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa membiasakan diri membaca istighfar, maka Allah memberikan untuknya kebahagiaan dari kemasyghulan, jalan keluar dari kesulitan-kesulitan, dan Dia akan melimpahkan rizki kepadanya dengan cara-cara yang tak pernah diperhitungkannya.”

Seolah hendak menegaskan, Habib Umar menyebutkan lagi fadhilah istighfar, “Khasiat istighfar adalah menghapus dosa-dosa, memendam aib-aib, memperderas rizki, mengalirkan keselamatan pada diri dan harta, mempermudah capaian cita-cita, menyuburkan berkah pada harta, dan mendekatkan diri pada-Nya.”

“Logikanya, untuk menyucikan baju yang terciprat lumpur, kita bilas dengan sabun, bukan malah didekatkan pada asap-asap tungku. Pun demikian hati kita. Agar kian bersih dan molek, kita poles dengan istighfar, serta kita hindarkan dari lumuran-lumuran maksiat.”

Ada sebuah kisah inspiratif teladan tentang keutamaan istighfar.
Satu saat, seseorang mengadu kepada Imam Hasan Bashri mengenai kekeringan yang melanda negerinya. Sang Imam, dengan kearifannya, memberikan resep sederhana, “Beristighfarlah!”. Lalu datang seorang lainnya. Kali ini ia mengeluhkan kefakiran yang terus menggelayutinya. Sang imam memperlakukannya sama dengan yang pertama. Ia memberikan resep istighfar kepadanya.
Lalu datanglah orang ketiga. Yang terakhir ini mengeluhkan tentang nestapa  rumah tangganya karena tak kunjung dianugerahi buah hati. Sikap sang imam masih seperti sebelumnya. Ia memberikan resep istighfar. 
Kepada ketiga-tiganya, Imam Hasan Al-Bashri memberikan obat yang sama yakni istighfar, untuk problematika yang beragam. Ia juga menjelaskan dalil-dalil al-qur’an dan haditsnya kepada mereka.”

Kalam-kalam para ulama salafusshalih yang bersandarkan pada Firman Allah dan hadits Rasulullah benar adanya. Kita perlu memaknainya dengan bijak. Barangkali, berondongan musibah yang mendera tanah tumpah darah kita ini adalah memang getah dari perbuatan kita sendiri. Tinggal bagaimana kita menyikapi?

Jadi, alangkah layaknya bila kita mulai membudayakan taubat dan istighfar di tengah-tengah rutinitas kita. Mari kita basahi bibir-bibir kita dengan istighfar, dengan pengharapan, barangkali Allah SWT berkenan mengabulkan istighfar kolektif kita ini guna menghapus dosa-dosa kita, memendam aib-aib kita, memperderas pintu rejeki kita, mengalirkan keselamatan pada diri dan harta kita, mempermudah capaian cita-cita kita, menyuburkan berkah pada harta kita, dan mendekatkan diri kita pada-Nya.” . Aamiin. 
Astaghfirullah rabbal baraya, astaghfirullah minal khathaya.